AGENT JUDI TERPERCAYA - Presiden Indonesia ke-3 Bacharuddin Jusuf Habibie memberikan pesan kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengenai pidatonya di Kepulauan Seribu yang sempat menuai perdebatan publik.
Ahok melangsungkan pertemuan dengan Habibie, Rabu (12/10/2016). Ahok mengatakan Habibie akan berangkat ke Jerman, dan menetap selama tiga bulan.
Menurut Ahok, pertemuannya dengan Habibie itu dalam rangka silaturahmi sebelum mantan Menristek di era Orde Baru itu pergi ke Jerman.
Ahok menyatakan, pada pertemuan tersebut dirinya dan Djarot hanya meminta nasihat mengenai pembangunan di Jakarta.
"Minta nasihat saja,"ucap mantan Bupati Belitung Timur itu.
Ahok membantah dirinya dan Djarot juga membahas soal Pilkada DKI Jakarta yang berlangsung pada Ferbruri 2017 mendatang. "Enggak bahas (Pilkada) ya nasehat kerja saja," tandas Ahok
Saat pertemuan itu, ucap Ahok, Habibie sempat berpesan mengenai menyeruaknya pertentangan publik tentang Surat Al Maidah ayat 51.Habibie kepada Ahok menyampaikan, agar tidak mudah terpancing membalas opini publik. Kata Habibie, meski disalahpahami oleh publik harus dibalas dengan senyuman.
"Sarannya itu aja, kadang-kadang disalahpahamin pun, mau nangispun, masih senyum. Tidak usah dibalas dengan kata-kata," ucap Ahok.
"Artinya, 'kalau saya (Habibie) kan' sudah tua, sebentar lagi akan pergi ke alam istri saya. Tapi masa depan ada di kalian nantinya'," kata Ahok meniru Habibie.
Saat di hadapan warga Kepulauan Seribu, Ahok menafsirkan Surat Al Maidah ayat 51. Apa yang dikatakan Ahok memancing berbagai reaksi dari publik.
Potongan video berdurasi 30 detik saat Ahok di Kepulauan Seribu menjadi viral di sosial media.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok minta maaf kepada seluruh umat Islam di Indonesia yang merasa tersinggung dengan ucapannya.
Ahok menafsirkan Surat Al-Maidah ayat 51 saat berkunjung ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu pada 27 september lalu.
Ahok mengatakan tidak berniat melecehkan ayat suci Al Quran. Karenanya, Ahok menyampaikan permintaan maaf, bila ada yang tersinggung karena ucapannya.
"Saya sampaikan kepada semua umat Islam, ataupun orang yang merasa tersinggung, saya sampaikan mohon maaf. Tidak ada maksud saya melecehkan agama Islam ataupun Al Quran," ujar Ahok di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (10/10/2016).
Apa yang disampaikannya di hadapan warga Kepulauan Seribu, ucap Ahok, merupakan tafsiran pribadi. Ahok tak mengira akan membuat gaduh.
Ahok meminta seluruh masyarakat untuk tidak memperpanjang persoalan.
"Saya minta maaf untuk kegaduhan ini. Saya pikir komentar ini, jangan diteruskan lagi. Ini tentu mengganggu keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara," ucap Ahok.
Ahok mengatakan tidak bermaksud menghina agama tertentu.
Ahok justru ingin masyarakat tidak terpengaruh dengan isu suku, agama, ras, dan antargolongan jelang Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017.
Sambutan Ahok di Kepulauan Seribu ditayangkan lewat situs berbagi video, YouTube. Video itu, menjadi viral.
Sebab, Ahok menyinggung Surat Al Maidah ayat 51. Beberapa kelompok masyarakat bereaksi keras atas ucapan Ahok.
Pengurus NU bilang Ahok tak bermaksud melecehkan.
Wakil Katib Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta, Taufik Damas, mengaku sudah menonton penuh video mengenai perkataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang belakangan ini ramai dipersoalkan.
Dari video yang ditontonnya itu, Taufik menilai, Ahok tidak bermaksud melecehkah ayat dalam surat Al-Maidah ayat 51.
Taufik menilai, Ahok ingin menyampaikan bahwa ada orang-orang yang kerap menggunakan ayat tersebut untuk kepentingan politik, khususnya dalam konteks pemilihan kepada daerah di Jakarta.
"Khususnya menyangkut larangan memilih pemimpin non-Muslim. Jadi, titik tekannya adalah kalimat 'membohongi pakai ayat', bukan ayatnya yang membohongi," kata Taufik lewat keterangan tertulis kepada Kompas.com, Sabtu (8/10/2016).
Taufik mengakui, tidak semua orang yang membawa-bawa ayat Al Quran dalam konteks pilkada berarti membohongi masyarakat.
Ia berpendapat, ada orang yang memang tulus meyakini ada larangan memilih pemimpin non-Muslim berdasarkan dalil-dalil ayat Al Quran.
Ia menilai sikap itu harus dihargai.
Taufik juga menyadari bahwa ucapan Ahok sangat berpotensi disalahpahami.
Karena itu, Taufik menilai wajar jika kemudian ada penilaian yang menyebut Ahok telah melakukan pelecehan terhadap ayat tersebut.
"Hanya saja, seharusnya kita lihat video aslinya yang utuh. Saya sudah melihat dan suasananya sangat cair. Masyarakat tampak antusias dan gembira mendengarkan pidato Ahok ketika itu," kata Taufik.
Agar kejadian serupa tidak terulang, Taufik menyarankan agar ke depannya tidak ada lagi yang menggunakan isu SARA (suku, agama, ras, dan antar-golongan) ke dunia politik.
Isu SARA berpotensi melahirkan kontroversi.
"Karena dalam politik tak menutup kemungkinan ada orang yang menjadikan ayat-ayat hanya sebagai alat politik. Memperlakukan ayat-ayat sebagai alat politik justru inilah yang berbahaya karena berpotensi mengaburkan fakta politik yang sebenarnya," kata Taufik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar